Jakarta – TAMBANG. Gerhard Rumeser, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia dan Rumah Tangga, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengatakan, masalah utama yang dihadapi perusahaan migas terkait ketenagakerjaan adalah keahlian.
Menurutnya, saat ini BP Migas tengah menyusun program 2,5 tahun, untuk mendidik tenaga-tenaga ahli di sektor migas. Untuk program itu, Gerhard mengatakan BP Migas membutuhkan dana USD 350 ribu per orang.
“Migas sektor yang padat modal, padat teknologi, dan membutuhkan sumber daya manusia skillful. Oleh karena itu, akan ada program 2,5 tahun dari BP Migas, bekerjasama dengan salah satu institusi yang kualified di seluruh dunia,” ucapnya dalam Seminar Nasional Oil Expo di Kampus A Universitas Trisakti, Jakarta, Senin, 2 Mei 2011.
Namun Gerhard menolak menyebutkan nama institusi yang bekerjasama dengan BP Migas itu. “Yang pasti, siapa pun (sumber daya manusia, red) yang oleh institusi ini dinyatakan bagus (berkualitas), maka semua perusahaan migas pasti akan merekrutnya,” jelasnya.
Namun demikian, kata Gerhard, untuk melaksanakan program itu BP Migas membutuhkan dana sekitar USD 350 ribu per orang. Nilai itu belum termasuk biaya hidup, tempat tinggal, dan sebagainya.
“Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pihak universitas. Bagaimana perguruan tinggi dapat menyumbang sebagian (proses pendidikan) dari program itu,” ujarnya.
“Jadi dari semua proses yang harus dikembangkan dalam program 2,5 tahun itu, sebagian (prosesnya) sudah bisa di-handle di perguruan tinggi Indonesia,” ungkapnya lagi.
Program pendidikan 2,5 tahun yang dibuat BP Migas, merupakan upaya untuk menghasilkan tenaga ahli di bidang migas, yang memang semakin dibutuhkan di Indonesia. Hal ini juga terkait dengan upaya pemerintah meningkatkan kapasitas migas nasional, melalui perekrutan tenaga kerja nasional.
Pembinaan tenaga kerja itu sendiri diatur sesuai PP No 35 Tahun 2004 pasal 84. Lebih lanjut, ujarnya, program tersebut dibuat terkait keprihatian atas lulusan baru, yang umumnya masih minim keahlian.
Sementara menurutnya, butuh adanya tenaga ahli yang mampu mencari sumber-sumber baru atas sumber daya migas. “Sejauh ini, kita masih lebih banyak melakukan kegiatan produksi, sementara sumber baru belum diperhatikan, jika begini terus lama-lama (sumber daya) akan habis,” ucapnya.
Terkait hal itu, sambungnya, BP Migas pun berencana mempekerjakan para pensiunan. “Kita berencana mempekerjakan pensiunan di sektor Migas yang sudah berpengalaman,” ucapnya.
Namun, tanpa menjelaskan alasannya, hal itu dimungkinkan hanya selama proses eksplorasi. Gerhard berharap di 2020 Indonesia sudah dapat menghasilkan tenaga-tenaga ahli di bidang Migas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar