Permintaan batubara ke depan nampaknya akan mengalami peningkatan yang cukup besar. Setidak-tidaknya ini dapat diproxy kebutuhan impor batubara dari beberapa negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data yang dirilis oleh Merrill Lynch 8 Juni 2010 yang lalu kebutuhan impor batubara pada tahun 2009 mencapai 591 metrik ton (Mt), tahun 2010 diperkirakan naik menjadi 635 Mt dan pada tahun 2015 diperkirakan akan naik menjadi 803 Mt.
Sementara itu apabila diproxy dari tingkat konsumsi batubara, menurut International Energy Agency (IEA) pada 1990 total konsumsi batubara dunia baru mencapai 3.461 juta ton, pada 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton atau meningkat sebesar 59,5%, atau rata-rata 3,5% per tahun dan . IEA juga memperkirakan konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6% per tahun antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7% per tahun sepanjang 2015-2030.
Meningkatnya konsumsi batubara dunia tidak terlepas dari meningkat pesatnya permintaan energi dunia dimana batubara merupakan pemasok energi kedua terbesar setelah minyak dengan kontribusi 26%. Peran ini diperkirakan akan meningkat menjadi 29% pada 2030. Sedangkan kontribusinya sebagai pembangkit listrik diperkirakan juga akan meningkat dari 41% pada 2006 menjadi 46% pada 2030. Meningkatnya peran batubara sebagai pemasok energi di masa-masa mendatang membuat industri ini memiliki daya tarik yang sangat besar bagi para investor tak terkecuali di Indonesia.
World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti mencapai 847.488 juta ton pada akhir 2007 yang tersebar di lebih dari 50 negara. Berdasarkan kandungan kalorinya, sebesar 50,8% berupa anthracite (kalori sangat tinggi) dan bituminous (kalori tinggi), dan 48,2% berupa sub bituminous (kalori sedang) and lignite (kalori rendah). IEA memperkirakan, dengan tingkat produksi saat ini batubara dunia dapat dieksploitasi setidaknya hingga 133 tahun ke depan, lebih lama dibanding cadangan minyak terbukti dan gas yang diperkirakan hanya dapat dieksploitasi sekitar 42 dan 60 tahun kedepan
Meskipun tersebar di lebih dari 50 negara, sekitar 76,3% cadangan batubara terbukti terkonsentrasi di 5 negara yakni Amerika Serikat (28,6%), Rusia (18,5%), China (13,5%), Australia (9%) dan India (6,7%). Pada 2007 kelima negara ini memberikan kontribusi sebesar 82% terhadap total produksi batubara dunia yang sebesar 5.543 juta ton.
Produsen batubara terbesar dunia tercatat China, AS, India, Australia, Afrika Selatan dan Indonesia. Pada 2007, ketujuh negara produsen ini menghasilkan sekitar 90,6% dari total produksi batubara dunia. China merupakan produsen terbesar yang menyumbang hampir separuh produksi dunia yakni 46% pada 2007, diikuti oleh AS 17,7%, dan India 8,2%. Meskipun sebagai produsen batubara terbesar, China sekaligus tercatat sebagai pengkonsumsi batubara terbesar dunia yang mencapai 46% dari total konsumsi dunia. Itu sebabnya dalam jajaran negara-negara pengimpor batubara, China termasuk dalam pengimpor keenam terbesar dunia dengan total impor 48 juta ton pada 2007.
Prospek
Prospek batubara ke depan diperkirakan akan semakin cerah. Meskipun terjadi penurun permintaan batubara dari negara-negara anggota OECD, penurunan ini akan tertututupi oleh peningkatan permintaan di kawasan Asia, khususnya China. Sementara itu adanya kendala pasokan, justru akan mendongkrak naiknya harga batubara. Diperkirakan harga batubara akan pada tahun 2011 menembus US $ 110 / ton.
Issue berkenaan dengan pembatasan ekspor batubara dari Afrika Selatan dan kemungkinan akan dilonggarkannya pada tahun 2011 diperkirakan akan berdampak pada perkembangan harga dalam jangka menengah. Begitu pula halnya dengan ekspor batubara Australia juga diharapkan juga akan meningkatkan pada tahun 2011, namun demikian belum dapat diharapkan laju pertumbuhannya tinggi. Pertumbuhan ekspor Indonesia diperkirakan masih akan mengalami perlambatan, karena lebih ditujukan untukn memenuhi permintaan domestik. Dalam lima tahun terakhir, ekspor Indonesia meningkat dengan 80%, namun dalam lima tahun ke depan mungkin akan turun hanya menjadi lanjut 20%.
Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan permintaan, diperkirakan impor China akan mengalami bullish. Dalam jangka pendek diperkirakan permintaan batubara oleh China akan terjadi perubahan dari tingkat moderat ke tingkat yang sangat tinggi. Namun demikian diperkirakan harga batubara masih akan dipengaruhi oleh faktor musiman, persediaan yang rendah, dan masalah transportasi. Sementara itu dalam jangka panjang, permintaan batubara diperkirakan akan menguat sejalan dengan beroperasinya pembangkit listrik bertenaga batubara baik di Indonesia maupun China. Dengan demikian akan tetap menjadi sumber pasokan yang menarik bagi Indonesia dan Cina.
Prospek batubara yang cerah nampaknya juga akan didukung oleh issue pasokan batubara dan pertumbuhan permintaan yang kuat dari Cina dan India.Sedangkan untuk Afrika Selatan mungkin tidak akan menghadapi masalah pasokan, namun demikian negara ini mungkin akan menghadapi risiko downside lebih lanjut. Hal ini disebabkan pasar batubara Eropa, pembeli utama Afrika Selatan, sedikit mengalami tekanan akibat terkena imbas krisis Yunani.
Namun demikian ekspor Afrika Selatan akan kembali normal, karena secara umum permintaan batubara dari Afrika Selatan batubara tetap didukung oleh tarif angkut rendah dan meningkatkan perdagangan posisi kompetitif vis-à-vis pasar Asia.
Sementara itu ekspor batubara Australia dalam beberapa tahun mendatang diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan telah beroperasinya Newcastle dengan kapasitas penuh. Disamping itu peningkatan ekspor ini juga didorong oleh peningkatan produksi yang berasal NCIG tahap pertama dan ekspansi terminal batubara Kooragang Island. Sementara itu pada tahun-tahun mendatang Australia juga akan mendapatkan tambahan pasokan karena mulai beroperasinya Moolarben (6.2mtpa pada 2011) dan Narrabri (5mtpa pada 2013).
Peranan Indonesia
Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan konsumsi batubara yang cukup spektakuler dalam sepuluh tahun terakhir. Peningkatan jumlah konsumsi yang sangat tajam tersebut disebabkan meningkat tajamnya permintaan batubara sebagai sumber energi terutama untuk pembangkit listrik, baik di dalam negeri maupun di negara-negara importir. Tidak mengherankan apabila sejalan dengan itu jumlah perusahaan pertambangan batubara di Indonesia pun tumbuh pesat khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Sampai dengan 2003 misalnya tercatat 251 perusahaan penambangan batubara di Indonesia.
Sejalan dengan prospek bisnis batubara yang diperkirakan semakin membaik di atas, ekspor batubara Indonesia diperkirakan tetap akan terus tumbuh, meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam lima tahun terakhir, ekspor batubara Indonesia naik dari 129 Mt 92005) menjadi 220 Mt (2009), namun dalam lima tahun mendatang diperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia akan mengalami perlambatan. Pada tahun 2010 diperkirakan ekspor batubara Indonesia akan mencapai 230 Mt dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 276 Mt.
Ekspor batubara Indonesia ke depan kemungkinan akan didominasi batubara berkualitas atau berkalori rendah, yakni batubara yang memiliki kelembaban tinggi dan kandungan energi rendah. Namun demikian Indonesia akan dihadapkan dengan masalah biaya pengiriman yang lebih tinggi. Dominasi batubara berkualitas rendah ini tidak terlepas dari China dan India sebagai pasar utama batubara Indonesia, yang memang membutuhkan batubara berkualitas rendah untuk pembangkit listrik baru mereka. Tentunya ini dengan asumsi pembangunan pembangkit listrik di kedua negara tersebut tidak mengalami gangguan.
Dalam percaturan perdagangan batubara dunia, Indonesia akan memiliki peran yang semakin penting dari tahun ke tahun baik sebagai produsen maupun sebagai eksportir. Pada 2009 Indonesia berada di posisi ketujuh terbesar produsen batubara dunia dengan kontribusi 4,2% dan di posisi kedua terbesar sebagai eksportir batubara dengan total volume ekspor 220 Mt.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar