BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan magma, yang tersusun oleh mineral atau kristal-kristal dalam bentuk agregasi yang kompak dan saling interlocking. Kompak disini dapat diartikan sbagai susunan mineral atau kristal-kristal yang saling tumbuh, sehingga tidak memperlihatkan adanya ruang atau pori diantara mineral atau kristal-kristal penyusun batuan. Kalaupun ditemukan pori-pori, itu hanya bekas-bekas gas yang keluar atau terjebak pada waktu pembekuan magma.Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah dan bersifat mobile. Temperatur yang tinggi dari magma (900-1600°C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari bagian yang dalam di kerak bumi. Suatu magma biasanya terdiri dari unsure O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, dan K tetapi juga mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO.
Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing dicirikan oleh komposisi mineral yang berbeda, sesuai dengan komposisi magma dan temperatur pembekuannya. Komposisi mineral yang terjadi pada setiap jenis batuan beku yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam minerallogam maupun non logam. Komposisi asal dari pada larutan magma serta kondisi-kondisi tertentu yang mempengaruhi proses pendinginan magma dapatmenghasilkan jebakan endapan mineral yang ekonomis
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk dapat mengamati dan mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi/komponen penyusun.
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. mengetahui cara mendeterminasi batuan beku berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.
2. menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusun yang telah diketahui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PROSES PEMBEKUAN BATUAN BEKU
Proses - proses dalam pembentukan batuan beku adalah :
Ø Diferensiasi magma
Diferensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda
Ø Asimilasi
Asimilasi adalah proses reaksi atau pelarutan antara magma dengan batuan sekitarnya. Umumnya terjadi pada intrusi magma basa terhadap batuan asam.
Ø Proses Pencampuran dari Magma
Proses pencampuran adalah reaksi yang terjadi antara kristal yang mula-mula terbentuk dengan cairan magma, sehingga berubah komposisinya.
II.2 TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur adalah sifat dan hubungan antar butir mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan, meliputi hubungan antara kristalinitas, glanularitas, dan fabrik.
Ø Kristalinitas, yaitu tingkat kristalisasi mineral dalam suatu batuan, meliputi : Holokristalin, Hipokristalin, dan Holohyalin.
Ø Granulritas, yaitu derajat besar butir kristal dari mineral penyusun batuan, yang meliputi : Fanerik, Porfiritik, dan Afanitik.
Ø Fabrik (kemas), yaitu susunan antara kristal-kristal yang satu dengan yang lainnya, meliputi bentuk dan relasi.
II.3 STRUKTUR BATUAN
Struktur batuan beku merupakan kenampakan susunan dan bentuk pola mineral dalam batuan beku sendiri, yang meliputi :
Ø Struktur Massive/Kompak, yaitu susunan mineral-mineral dalam batuan yang tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran.
Ø Struktur akibat Pelepasan Bahan Volatile, terdiri dari : Vesicle, Scoriceus, Pumiceous, dan Amygdaloidal.
Ø Struktur permukaan dari fase larutan, meliputi : Xenolith, Xenocrys, dan Pillow.
Ø Struktur Permukaan, meliputi : Corona Structur, Flow Effects, dan Microlatic Struktur.
Ø Struktur setelah terjadi pembentukan magma, meliputi : Perlitic Structur, Spheurulitic Structure, dan Oblicular Structur.
II.4 KLASIFIKASI BATUAN BEKU
Klasifikasi batuan beku dapat dibedakan berdasarkan tempat terbentuknya dan sifat kimia dan komposisinya.
Ø Kalsifikasi berdasarkan tempat terbentuknya :
- Batuan Beku Dalam (Plutonic Rocks)
- Batuan Beku Korok (Hypabisal Rocks)
- Batuan Beku Lelehan (Vulcanic Rocks)
Ø Klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya :
- Batuan Beku Asam (SiO2 : > 66%)
- Batuan Beku Intermediet (SiO2 : 52 – 66%)
- Batuan Beku Basa (SiO2 : 45 – 52%)
- Batuan beku Ultrabasa (SiO2 : < 45%)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk melalui proses sedimentasi baik secara fisika maupun secara kimia dan organic. Pada sebagian sedimen organic dapat terbentuk melalui proses diagenesis langsung terhadap bahan-bahan organisme seperti pada pembentukan batugamping terumbu. Proses fisika yang berlangsung selama sedimentasi melalui proses perombakan batuan induk, transportasi, perubahan-perubahan sifat fisik material rombakan, pengendapan, kompaksi, dan untuk derajat litifikasi harus disertai dengan proses kimiawi, yaitu proses diagenesis dan sementasi. Poses kimiawi dapat berlangsung bersamaan dengan proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil proses atau reaksi kimia yang menyusun batuan sedimen. Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi mempunyai suatu kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya. Bentuk dan coraknya memberikan kenampakan pencerminan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya. Pembentukannya secara pelan dan bertahap dengan urutan susunan yang teratur dapat memberikan suatuciri yang khas dengan struktur perlapisan yang bervariasi.
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi batuan sedimen berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral penyusunnya.
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar dapat :
1. mendeterminasi batuan sedimen berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PROSES DAN GANESA BATUAN SEDIMEN
II.1.1 PEMBENTUKAN SECARA MEKANIK
Batuan ini terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dari fragmen-fragmen batuan (allogenic).
Factor-faktor yang berperan sangat penting dalam pembentukan batuan secara mekanik yaitu :
1. Sumber material batuan sedimen
Sifat dan komposisi dari batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari presentasi mineral-mineral stabil dan non stabil.
Sumber material sedimen berasal dari :
- Aktivitas Vulkanisme
- Pelapukan Mekanik
- Larutan-larutan dalam air
- Material organik
- Evaporasi
2. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan dapat diartikan sebagai suatu areal sedimentasi dimana batuan sedimen terbentuk, yang melibatkan aspek fisika, kimiawi, dan biologi.
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam 3 bagian :
- Lingkungan pengendapan darat
- lingkungan pengendapan transisi
- lingkungan pengendapan laut.
3. Pengangkutan (transportasi)
Yaitu proses berpindahnya material-material sedimen dari sumber ke tempat lingkungan pengendapan.
- Sedimentasi
Proses terendapkannya suatu material sedimen baik melalui pengaruh grafitasi, presipitasi, maupun oleh proses reduksi.
- Kompaksi
Atau konsolidasi, yaitu proses pemadatan material sedimen akibat grafitasi dan deformasi.
- Lithifikasi dan Sementasi
Yaitu proses pengikatan material-material sedimen menjadi batuan sedimen, baik terhadap material terurai maupun pada material yang terikat atau sudah kompak seperti terumbu karang.
II.1.2 PEMBENTUKAN SECARA KIMIA DAN ORGANIK
Merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeletal organisme.
1. Secara Kimia
- Mingling of solution
- Ascape of carbondiokside from water
- Evaporation
2. Secara Organik:
- Akumulasi dari sisa-sisa skeletal organisme
- Kegiatan dari organisme
Setelah proses kimia dan organic berlangsung akan terjadi proses selanjutnya yakni kompaksi hingga terbentuk batuan.
II.2 TEKSTUR BATUAN SEDIMEN
Tekstur batuan sedimen dapat dibagi dalam 2 bagian :
1. Tekstur Klastik
Merupakan bentuk akumulasi dari mineral-mineral dan fragmen batuan yang berukuran halus sampai kasar, Terbentuk secara akumulasi mekanik.
2. Tekstur Non Klastik
Merupakan bentuk interlocking dari agregasi kristal-kristal yang sangat kompak, terjadi dari proses kimia dan organik
II.3 STRUKTUR
Struktur sedimen adalah kenampakan fisik dari susunan batuan sedimen dapat berupa bidang-bidang perlapisan atau tidak berlapis.
II.4 SORTING ATAU PEMILAHAN
Adalah derajat keseragaman dari penyebaran partikel dalam batuan sedimen. Terdiri dari :
1. Sortasi baik, apabila ukuran butir materialnya relatif sama besar 9seragam)
2. Sortasi sedang, apabila ukuran butir bervariasi dengan range butir relatif kecil.
3. Sortasi jelek, apabila ukuran butir material bervariasi dengan range butir sangat besar
II.5 PEMBUNDARAN ATAU ROUDNESS
Roudness adalah tingkat atau bentuk pembundaran dari pada butiran batuan sedimen, meliputi :
- well rounded - sub angular
- sub rounded - angular
- rounded - very angular
II.6 FRAGMEN
Adalah komponen dalam batuan sedimen yang ukurannya lebih besar daripada komponen lainnya.
II.7 MATRIKS
Adalah komponen yang ukurannya relatif lebih kecil dari fragmen.
II.8 SEMEN
Adalah mineral atau unsur yang mengikat fragmen dan matriks pada batuan sedimen.
II.9 KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN MENURUT GANESANYA
1. Batuan sedimen mekanik, merupakan akumulasi dari fragmen/hancuran batuan yang telah ada, berbutir kasar-halus, terjadi oleh proses atau gaya-gaya mekanik dalam sedimentasi, contoh : lempung, konglomerat.
2. Batuan sedimen vulkanik, merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh kegiatan letusan gunungapi
3. Batuan sedimen tektonik, merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari hasil penghancuran atau penggerusan akibat deformasi (gaya tekonik)
4. Batuan sedimen kimia, adalah batuan sedimen yang terbentuk oleh pelarutan dan pengendapan kimia atau kristalisasi unsure-unsur kimia.
5. Batuan sedimen organic, merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh sisa-sisa organic dari hasil kegiatan organisme.
6. Batuan sedimen residuar, merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari kombinasi antara sedimen kimia dan mekanik, dimana tidak mengalami transportasi. Contoh : terrarosa/clay merah, laterit, bauksit dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tekstur dan struktur yang dimiliki batuan sedimen menggambarkan proses atau ganesa terbentuknya batuan sedimen.
2. Pada batuan sedimen klastik, ukuran butir mempengaruhi penamaan batuan.
IV.2 SARAN
Kepada asisten sebaiknya sebelum dilaksanakan praktikum, batuan-batuan disusun berdasarkan jenisnya masing-masing, agar praktikan dalam mengambil sample batuan untuk dideterminasi tidak bercampur, antar jenis yang satu dengan yang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Batuan metamorf adalah batuan beku, sedimen ataupun metamorf, yang telah mengalami metamorfisme, yaitu perubahan fisik, dan kimia batuan yang diakibatkan oleh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Perubahan fisik dalam wujud batuan atau kristal, yang mana berubah bentuk diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Perubahan kimia terjadi dari pengaruh kenaikan temperatur, sehingga komposisi mineral-mineral akan berubah, baik dalam bentuk ubahan, raplacemen, addisi dan lain-lain, seperti perubahan mineral-mineral ferromagnesium menjadi klorit.
Perubahan yang terjadi dalam proses metamorfisme dapat diakibatkan oleh kenaikan temperatur, tekanan dan aktifitas larutan kimia, melalui proses rekristalisasi tanpa melalui fase cair. Karena apabila fase ini telah mencapai fase cair, maka keadaan tersebut telah berubah menjadi proses kristalisasi dalam pembentukan batuan beku.
Suatu kenampakan lapangan yang menarik pada batuan metamorf yaitu memperlihatkan foliasi dan penjajaran mineral-mineral penyusuunnya yang berbeda dengan batuan lainnya. Foliasi yang ditimbulkan oleh proses metamorfisme, banyak dikontrol oleh tekanan yang kuat, sehingga terjadi perubahan bentuk mineral menjadi pipih dan terarah membentuk bidang/lapisan foliasi. Tanpa pngamatan seksama, maka seringkali terjadi kekeliruan terhadap penentuan foliasi dengan struktur lapisan dan cermin sesar. Foliasi yang kuat dapat lepas-lepas menjadi suatu bidang lembaran-lembaran batuan melalui arah penjajaran mineral pipihnya yang berbeda dengan lapisan sedimen.
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi batuan metamorf berdasarkan tekstur, struktur, dan perubahan yang terjadi pada mineral penyusunnya.
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
- Mendeterminasi batuan metamorf berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.
- Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusun yang telah diketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PROSES METAMORFISME
Kenaikan temperatur dan tekanan dan akibat aktifitas larutan kimia, dapat terjadi oleh pengaruh langsun dan tidak langsung oleh deformasi batuan yang dapat diakibatkan oleh adanya gaya-gaya tektonik maupun bukan tektonik.
Gaya tektonik merupakan manifestasi dari gerakan lempeng-lempeng bumi akibat gaya konveksi dalam bumi. Gaya non tektonik berasal daripengaruh grafitasi bumi yang menimbulkan tekanan ke bawah, dan pengaruh yang ditimbulkan yaitu kenaikan temperatur, dapat terjadi antara 350-1200°C dan kenaikan tekanan 0,986-9869 atm tanpa mencapai pencairan massa batuan.
II.2 MACAM-MACAM METAMORFISME
Proses metamorfisme dapat dibagi menjadi tiga golongan, antara lain :
1. Metamorfisme Sentuh
Proses metamorfisme yang terjadi oleh penerobosan magma, dapat juga disebut metamorfisme thermal atau kontak. Factor yang paling berpengaruh adalah panas dari intrusi magma, sedang tekanan relatif rendah.
Metamorfisme sentuh dapat dibagi menjadi 3 golongan :
Ø Pyrometamorfisme, proses metamorfisme yang langsung berhubungan dengan proses magmatisme.
Ø Pneumatolysa, terbentuk karena pengaruh gas-gas panas yang berasal dari magma yang sedang yang dapat merubah sekelilingnya dan membentuk mineral-mineral baru.
Ø Hydrothermal, metamorfisme yang terjadi akibat adanya larutan atau cairan panas yang terjadi pada waktu intrusi.
2. Metamorfisme Dinamo
Disebut juga metamorfisme kinetik atau dislokasi. Terbentuk oeh adanya proses pergeseran lapisan bumi. Faktor yang paling berperan adalah tekanan, namun karena tekanan yang sangat tinggi akan diikuti pula oleh kenaikan temperatur. Contoh : milonit, phyllonit.
3. Metamorfisme Regional (daerah)
Metamorfisme regional berkembang pada daerah yang luas dan oleh pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi, dapat berhubungan dengan gerakan-gerakan lempeng. Pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi dapat menyebabkan terbentuknya mineral-mineral tekanan, seperti : serisit, muskovit, dll.
II.3 STRUKTUR BATUAN METAMORF
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan dari bentuk susunan orientasi mineral atau fragmentasi berupa, bidang atau garis dalam batuan metamorf, akibat tekanan dan temperatur yang berpengaruh pada proses metamorfisme.
Struktur batuan metamorf dapat dibagi menjadi 3 antara lain :
1. Struktur Foliasi
Struktur foliasi ialah suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang yang sejajar dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral itu sendiri. Struktur ini dapat dibedakan :
Ø Slaty cleavage : foliasi dari penjajaran mineral dalam suatu bidang tertentu, rekristalisasi kecil
Ø Schistose : kenampakan dari foliasi dimana bentuk penjajaran mineral pipih relatif jauh lebih banyakdaripada mineral butiran.
Ø Geneiss struktur : struktur foliasi pada mineral butiran prismatic dan tabular dimana mineral pipih dalam jumlah lebih kecil
2. Struktur Unfoliasi
Struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral, tetapi menunjukkan agregasi dari butir-butir mineral, yaitu terdiri dari :
Ø Hornfelsik; kenampakan agregasi dari mineral-mineral equidimensional, tanpa terjadi penjajaran mineral pipih.
Ø Granulose; merupakan mosaik yang terdiri dari mineral-mineral ekuidimensional, sebagai struktur dari mineral equgranular.
3. Struktur Kataklastik
Struktur yang terbentuk sebagai akibat adanya penggerusan dari suatu dislokasi batuan, yang merupakan manifestasi adanya gaya kinetik, dibagi atas 5 yaitu :
Ø Flaser, struktur yang terjadi oleh metamorfisme dinamik dimana butirannya kasar berbentuk lensa, tanpa terjadi penghancuran material, adanya zona bergelombang dari material-material halus.
Ø Boudinage Struktur, struktur deformasi dimana dalam batuan metamorf ditemukan fragmen bentuk lensa atau bulat panjangyang diakibatkan oleh proses tektonik, perlipatan, sesar, dll.
Ø Milonitik Struktur, struktur pada batuan milonet, biasanya terjadi pada zona sesar, tanpa terjadi rekristalisasi, menunjukkan adanya foliasi yang halus.
Ø Augen Struktur, struktur lensa dimanamineral fenokrisnya terbentuk lensa dalam tekstur porphyroblastik.
Ø Phyllonitik Struktur, struktur kataklastik yang lebih halus dari struktur milonitik, sudah tampak adanya rekristalisasi.
II.4 TEKTUR BATUAN METAMORF
Tekstur batuan metamorf diartikan sebagai kenampakn tingkat dan hubungan antara komponen penyusun batuan metamorf. Dapat dikenal ada 4 macam, yaitu :
1. Kristaloblastik
Adalah tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan bentuk/komposisi mineral sehingga tekstur asal tiak terlihat lagi. Ini dibedakan menjadi :
Ø Idioblastik, sebagian besar mineral penyusunnya bersifat idiomorf
Ø Xenoblastik, sebagai mineral penyusunnya bersifat xenomorf
Ø Lepidoblastik, umumnya mineral penyusun berbentuk pipih.
Ø Nematoblastik, mineral penyusunnya berbentuk prismatic
Ø Granoblastik, mineral penyusunnya bersifat equidimensional
Ø Porphyroblastik, tekstur kristaloblastik yang bersifat porfiritik
Ø Mosaic Tekstur, tekstur equidimensional atau equigranular, mineral berbentk poligon.
Ø Poikiloblastik, tekstur yang mineral penyusunnya bersifat poiklitik
Ø Decussate, tekstur kristaloblastik dari polimineral serabut dengan orientasi kristal yang tidak teratur
2. Tekstur Sisa
Tekstur ini bisa juga disebut palimset/relik tekstur yaitu tekstur yang masih memperlihatkan tekstur batuan asalnya
Ø Blastoporfiritik; tekstur sisa yang bersifat porfiritik.
Ø Blastoposefiritik; tekstur sisa yang bersifat paepfiritik.
Ø Blastofitik; tekstur sisa yang bersifat ofitik saling memasuki.
Ø Blastofilitik; tekstur sisa yang bersifat lempung.
Ø Blastosamatik; tekstur sisa yang bersifat pasir.
3. Maculose Tekstur
Adalah tekstur pada batusabak yang memperlihatkan adanya bintik-bintik
4. Fokoidal Tekstur
Tekstur yang memperlihatkan adanya matriks yang berbentuk lensa/ellipsoidal.
II.5 KLASIFIKASI BATUAN METAMORF BERDASARKAN ATAS STRUKTUR, TEKSTUR, DAN KOMPOSISI MINERAL.
1. Batuan Metamorf Foliasi
Batuan metamorf ini memperlihatkan foliasi atau pengelupasan baik pada permukaannya maupun bagian dalam dari tubuh batuannya. Factor yang memegang peranan penting adalah tekanan
2. Batuan Metamorf Unfoliasi
Batuan metamorf unfoliasi yaitu, batuan metamorf yang nampak tidak memperlihatkan struktur foliasi, tapi tersusun dari mineral-mineral butiran atau prismatic tanpa memperlihatkan orientasi yang teratur. Factor yang memegang peranan penting adalah temperatur.
3. Batuan Metamorf Kataklastik
Batuan metamorf yang terbentuk oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang ditimbulkan oleh proses dislokasi batuan penyusun bumi, sehingga penyebarannya terbatas pada sona-sona sesar atau kompleks tektonik lainnya.
4. Meta rocks
Adalah batuan yang hanya mengalami sedikit perubahan atau sama sekali memberikan kenampakan adanya ubahan baik sifat fisik maupun sifat kimia. Batuan ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
Ø Meta Igneous, perubahan sebagian dari sifat batuan beku akibat pengaruh metamorfisme/intrusi batuan beku.
Ø Meta Sedimen, adalah gejala-gejala perubahan batuan sediment.
LAMPIRAN
PENGESAHAN
Diterima pada Laboratorium Petrologi
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik UVRI Makassar
sebagai syarat mengikuti Ujian Praktikum Petrologi
Disetujui,
NO. | NAMA | PARAF |
1. 2. 3. | Handry. MS Sarah Wulan Sari. ST Ir. Rafiuddin. MT | 1. 2. 3. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar